Blog Archive

Monday, March 21, 2016

nyasar


Nyasar
Nyantri salah arah
Dasar
Mendidik seorang anak adalah sebuah persoalan yang tidak mudah yang sering dihadapi oleh kebanyakan orang tua di berbagai zaman dan waktu. Banyak hal yang mempengaruhinya, baik dari segi orang tua yang kurang memahami cara mendidik anak ataupun memang karakter si anak itu sendiri yang memang sukar di arahkan. Dan siklus kegagalan pendidikan anak ini akan terus berputar selamanya dari seorang anak yang gagal dalam proses pendidikanya mau tidak mau kelak dirinya juga akan bersetatus orang tua.
Maka tidak jarang bagi orang tua yang merasa kurang mampu mengarahkan anaknya lebih memilih menyerahkan tanggung jawab pendidikan anaknya kepada sebuah lembaga pendidikan yang menekankan nilai keagamaan serta menggunakan system asrama dalam mengelola peserta didiknya.yang mana kegiatan sehari harinya sudah tersusun dan teroganisir secara rapi dan disiplin di sertai dengan ancaman berbentuk hukuman- hukuman dengan berbagai tingkatan apabila para peserta didiknya melakukan sebuah pelanggaran.
Namun tanpa sepengetahuan orang tua didalam asrama itu di mana didalam nya berkumpul banyak anak dari berbagai latar belakang dan dari berbagai karakter dapat pula lebih besar pengaruh nya terhdap anak mereka dibanding dengan pengaruh lembaga itu sendiri. Maka tidak jarang apabila ada seorang anak yang setelah ia lulus justru menjadi seorang yang bringas dan melampiaskan semuanya setelah sekian lama dia menganggap di penjarakan di dalam sebuah penjara suci.
kian
            Hidup di sebuah desa dari pesisir kota yang pendidikanya pada saat itu lebih maju dari daerah sekitarnya tidak juga membuat nya menjadi anak yang beruntung dan bahagia. Dengan latar belakang ekonomi keluarga yang tidak menentu di sertai dengan sikap orang tuanya yang keras menjadikanya seorang anak yang memiliki imajenasi dan angan angan untuk bahagia tinggi, tidak jarang dirinya berbicara sendiri dengan dirinya seolah olah dia adalah anak dari seorang yang memiliki segalanya. Namun sikapnya itu justru menjadikanya seorang yang tidak memiliki teman untuk bermain pada usianya dimana seharus nya seorang anak memiliki banyak teman.
          Tumbuh dengan tidak memiliki banyak ketrampilan membuatnya susah berkembang serta dengan perhatian orangtua yang sangat kurang menjadikan salah satu penyebab dirinya menjadi orang yang sangat penyendiri dan senang dengan kesunyian.

Hidup
            Makan adalah sebuah kebutuhan primer yang terkadang tak terpenuhi secara maksimal, pernah suatu ketika hujan deras melanda di sore hari di tengah semua bahan makanan habis serta kondisi sang ayah yang sedang tidak sehat. Memaksanya  Berdua dengan ibunya bertarung dengan rasa dingin dan terpaan air hujan mencari dedaunan singkong dan tangkil utuk bisa sekedar di tukarkan dengan beras agar setidak nya utuk malam itu satu keluarga dapat tidur dengan nyenyak. Setelah semuanya terkumpul dan dirasa cukup dengan sepeda kecil nya dia berangkat menuju sebuah rumah yang pemiliknya adalah seorang tengkulak sayur sayuran di pasar. Dengan rasa dingin yang terus menusuk di iringi dengan suara menggigil di ketuknya pintu rumah itu . menunggu beberapa saat terdengar jawaban dari dalam “ tunggu sebentar “ ( pemilik rumah )Maka tidak lama pintu pun dibuka
ngopo le ? (pemilik rumah )
Iki de ( mbokde ) arep adol godong godongan (kian) sambil menyodorkan kantong pelastik, pemilik rumah melihat dan mengamati sebentar tanpa menyuruhnya masuk seraya menjawab
Wah nek mlinjo enom mbokde wegah dan kembali menyerahakan kantong pelastik itu kepada kian
Dengan wajah panas di penuhi rasa malu dan dengan perasaan sedih langsung di pacunya sepedah kecilnya dengan kencang di tengah jalan yang ada di fikiranya adalah bagaimana keluarganya malam itu bisa makan . maka air matanya pun meleleh di iringi dengan derasnya air hujan yang menerpa tubuh kecilnya sore itu.

Sekolah
             Gemuruh kendaraan di pagi hari yang melintasi ruas jalan di depan rumah adalah pemandangan yang selalu rutin tak pernah luput dari penglihatanya, duduk di teras depan rumah dengan mata yang terus tertuju pada kendaraan yang lalu lalang adalah kegiatan yang selalu rutin kian lakukan, ketika melihat berbagai macam seragam sekolah yang berbeda mulai dari SD,SMP,SMA, yang ada di dalam benaknya adalah takjub dan penasaran , bagaimanakah rasanya sekolah , ada apa saja di dalamnya , dan apakah dirinya juga akan sekolah.

TK & SD
          Hingga dirinya memasuki jenjang perkuliahan kian dengan jelas masih mengingat wajah dan identitas teman TK nya , setiap berpapasan dengan salah satu dari seorang yang dulu pernah menjadi teman TK nya , di benaknya dia berkata “ ini dulu temanku di tk” , meskipun tak satupun dari mereka yang pernah menyapanya, TK adalah tingkatan pendidikan yang pertama sekali kian jalani sehingga meninggalkan jejak ingatan yang kuat di dalam benaknya mulai dari guru , materi , juga teman temanya pada masa itu ,
          Orang tua kian adalah orang tua yang meliki ambisi dan harapan agar anaknya mampu memahami ilmu agama dengan baik , maka ketika lulus dari tk walaupun ada  3 sekolah dasar yang lebih dekat dari rumah  , orang tua kian justru menyekolahkan  ke sekolah dasar yang jauhnya 5 KM dari rumah mereka karena sekolah itu adalah sekolah dasar yang lebih intens mempelajari ilmu agama yaitu MADRASAH IBTIDAIYAH .
          Sepeda adalah alat transportasi yang pada waktu itu di gunakan sebagai alat antar dan jemput kian tepatnya pada tahun 2000 . karena kian adalah anak pertama maka tak ayal ibunya pun salah membelikanya sragam pada waktu itu disebabkan minimnya pengalaman ,kian adalah anak laki laki namun ibunya membelikan saif dasi yang sepantasnya di pakai oleh siswa perempuan . dan pada hari kedua kian sudah harus jalan kaki sejauh 5 KM karena pada waktu itu sepedah yang ada hanya satu dan di gunakan untuk bekerja ayahnya sehingga ketika jam pulang tiba ayahnya belum datang menjemput. Karena semua temanya sudah pulang dan lapar dirasa semakin menerpa perutnya maka dengan segenap keberanian anak kelas 1 SD di beranikanya jalan kaki menyusuri jalanan yang padahal dirinya pun belum hafal dengan baik.
2006
          Setelah melalu ujian kelulusan pada sekolah dasar kembali kian di arahkan oleh orang tuanya kemana ia akan melanjutkan sekolahnya. Maka pada bulan juni 2006 kian pun di daftarkan pada lembaga keagamaan yang berada tak jauh dari rumahnya, setelah melalui serangkaiyan tes maka kian pun dinyatakan di trima ,
          Asrama adalah tempat dimana kian akan tinggal selama menjalani pendidikan di lembaga tersebut, di dalamnya berkumpul berbagai anak dengan berbagai watak sifat dan latar belakang yang berbeda tinggal menjadi satu dalam sebuah ruangan dalam jangka waktu yang lama maka tak jarang terjadi asimilasi budaya dan kepribadian di dalamnya. Dengan latar belakang kehidupan desa dan dengan sikap pendiamnya kian sukar menemukan teman. Dan tak jarang justru olokan yang ia dapatkan , di dalam asrama tersebut ada sebuah istilah shohibul to’am ( bahasa arab artinya : teman makanan ) di mana hanya yang memiliki makanan banyaklah yang memiliki teman. Maka sudah bisa di pastikan saif sukar mendapatkan teman sudah pendiam dan tak mempunyai makanan.
          Pada tahun ke 2 sikap kian mulai berubah karena pada tahun awal sukar mendapatkan teman maka pada tahun kedua di amatinya prilaku yang ada di kelasnya maka dirinya menyimpulkan selain yang memiliki makanan maka anak yang nakal dan suka melanggarlah yang memiliki teman. kian mulai coba coba melanggar peraturan dari bahasa yang dilarang selain arab dan inggris, terlambat ke masjid, maka benar saja saat hukuman di trima bertemulah kian dengan anak anak sesama pelanggar dari kelasnya .. karena dirasa senasib maka ada yang mulai membuka percakapan dengan kian dana  berlanjut pada hal hal berikutnya.
          Seringnya kian bergaul dengan para anak yang gemar melanggar maka pada tahun kedua dirinya termasuk anak yang mendapat predikat santri pelanngar hanya agar dirinya bisa mendapatkan teman…
Dan dari hal tersebut juga kian untuk pertama kalinya mendengar kata pacar, cewe, filem jorok, komik , smsan , karena seringnya bergaul dengan anak yang memiliki latar belakang lingkungan rumah di perkotaan …

 2009
          Setelah lulus dari UNAS mts kian melanjutkan sekolahnya masih pada lembaga yang sama. kian yang sudah setara dengan kelas X di sma sudah tidak sama lagi prilakunya dengan waktu dirinya menginjak bangku mts,, hal ini di sebabkan dirinya berada dalam sebuah naungan akademi exskul yang cukup di gemari dan menjadi jargon di lembaga tersebut, yaitu sebuah organisasi pecinta alam dimana mengharuskan bagi calon anggota yang ingin di trima menjadi pengurus haruslah meminimalisir pelanggaran dalam segala hal . maka kian berprilaku disiplin dan taat.
 namun dalam hatinya yang paling dalam tertanam sebuah pertanyaan besar terkait pengalaman dari cerita temanya pada masa mts yaitu bagaimanakah rasanya mengenal perempuan dan apa itu pacaran. Namun ia mampu menyimpan perasaan itu dengan rapid an tak terlihat selama sisa dirinya menjadi santri pada lembaga pendidikan tersebut hingga dirinya dinyatakan lulus dan mengabdi..

Salah Arah
Wisuda adalah hal yang sangat berkesan bagi seorang santri, karena ketika wisuda seorang santri berada di ambang kebebasan dari aturan aturan yang berlaku di pesantren .
Namun sebenarnya tanpa di sadari wisuda itu adalah awal dari pembuktian ilmu yang sudah mereka dapat selama menjadi santri, tetapi karena sudah di terlalaikan akibat ke inginan mencoba hal hal yang dulunya di larang selama dirinya menjadi santri maka tidak jarang justru masa pengabdian setelah wisuda banyak dari mereka yang justru terjrumus kedalam rasa penasaranya.
Pada masa pengabdian wisudawati ( santri putri yang sudah lulus) adalah hal yang sangat menggugah rasa penasaran mulai identitas sampai dengan rasanya berkomunikasi dengan mereka.
Karena lemahnya pengawasan komunikasi itu menjadi dalam dan jauh bahkan sampai saling menyatakan ketertarikan satu sama lain. Yang berujung pada hubungan terlarang atar sesama alumni.
Kian  yang pada masa itu belum fasih dalam mengunakan media sosial. Sering menghabiskan waktunya untuk membuka , berkomunikasi, melalui media sosial
Dan melalui hal tersebut maka untuk pertama kalinya kian mengenal, berkonikasi, menjalin hubungan dengan mahkluk yang bernama perempuan.
Di dukung oleh fasilitas dan waktu luang maka kian pun terjrumus kedalam perasaan yang baru pertama kalinya ia rasakan. Bahkan karena hasrat ingin tahunya yang dalam pada akhirnya kian merasa sulit untuk kembali ke jalan yang benar sebagai mana yang dulu di pelajarinya di pesantren. kian sadar jika dirinya bersalah namun berat untuk keluar dan kembali kejalan yang benar karena lingkunganya yang saat ini semakin jauh dari lingkaran orang orang yang taat beragama.