Nyasar
Nyantri salah arah
Dasar
Mendidik
seorang anak adalah sebuah persoalan yang tidak mudah yang sering dihadapi oleh
kebanyakan orang tua di berbagai zaman dan waktu. Banyak hal yang
mempengaruhinya, baik dari segi orang tua yang kurang memahami cara mendidik
anak ataupun memang karakter si anak itu sendiri yang memang sukar di arahkan.
Dan siklus kegagalan pendidikan anak ini akan terus berputar selamanya dari
seorang anak yang gagal dalam proses pendidikanya mau tidak mau kelak dirinya
juga akan bersetatus orang tua.
Maka
tidak jarang bagi orang tua yang merasa kurang mampu mengarahkan anaknya lebih
memilih menyerahkan tanggung jawab pendidikan anaknya kepada sebuah lembaga
pendidikan yang menekankan nilai keagamaan serta menggunakan system asrama
dalam mengelola peserta didiknya.yang mana kegiatan sehari harinya sudah
tersusun dan teroganisir secara rapi dan disiplin di sertai dengan ancaman
berbentuk hukuman- hukuman dengan berbagai tingkatan apabila para peserta
didiknya melakukan sebuah pelanggaran.
Namun
tanpa sepengetahuan orang tua didalam asrama itu di mana didalam nya berkumpul
banyak anak dari berbagai latar belakang dan dari berbagai karakter dapat pula
lebih besar pengaruh nya terhdap anak mereka dibanding dengan pengaruh lembaga
itu sendiri. Maka tidak jarang apabila ada seorang anak yang setelah ia lulus
justru menjadi seorang yang bringas dan melampiaskan semuanya setelah sekian
lama dia menganggap di penjarakan di dalam sebuah penjara suci.
kian
Hidup di
sebuah desa dari pesisir kota yang pendidikanya pada saat itu lebih maju dari
daerah sekitarnya tidak juga membuat nya menjadi anak yang beruntung dan
bahagia. Dengan latar belakang ekonomi keluarga yang tidak menentu di sertai
dengan sikap orang tuanya yang keras menjadikanya seorang anak yang memiliki
imajenasi dan angan angan untuk bahagia tinggi, tidak jarang dirinya berbicara
sendiri dengan dirinya seolah olah dia adalah anak dari seorang yang memiliki
segalanya. Namun sikapnya itu justru menjadikanya seorang yang tidak memiliki
teman untuk bermain pada usianya dimana seharus nya seorang anak memiliki
banyak teman.
Tumbuh dengan tidak memiliki banyak
ketrampilan membuatnya susah berkembang serta dengan perhatian orangtua yang
sangat kurang menjadikan salah satu penyebab dirinya menjadi orang yang sangat
penyendiri dan senang dengan kesunyian.
Hidup
Makan
adalah sebuah kebutuhan primer yang terkadang tak terpenuhi secara maksimal,
pernah suatu ketika hujan deras melanda di sore hari di tengah semua bahan
makanan habis serta kondisi sang ayah yang sedang tidak sehat. Memaksanya Berdua dengan ibunya bertarung dengan rasa
dingin dan terpaan air hujan mencari dedaunan singkong dan tangkil utuk bisa
sekedar di tukarkan dengan beras agar setidak nya utuk malam itu satu keluarga
dapat tidur dengan nyenyak. Setelah semuanya terkumpul dan dirasa cukup dengan
sepeda kecil nya dia berangkat menuju sebuah rumah yang pemiliknya adalah
seorang tengkulak sayur sayuran di pasar. Dengan rasa dingin yang terus menusuk
di iringi dengan suara menggigil di ketuknya pintu rumah itu . menunggu
beberapa saat terdengar jawaban dari dalam “ tunggu sebentar “ ( pemilik rumah
)Maka tidak lama pintu pun dibuka
ngopo le ? (pemilik rumah )
ngopo le ? (pemilik rumah )
Iki de ( mbokde ) arep adol godong godongan (kian) sambil menyodorkan kantong pelastik, pemilik
rumah melihat dan mengamati sebentar tanpa menyuruhnya masuk seraya menjawab
Wah nek
mlinjo enom mbokde wegah dan kembali menyerahakan kantong pelastik itu kepada kian
Dengan
wajah panas di penuhi rasa malu dan dengan perasaan sedih langsung di pacunya
sepedah kecilnya dengan kencang di tengah jalan yang ada di fikiranya adalah
bagaimana keluarganya malam itu bisa makan . maka air matanya pun meleleh di
iringi dengan derasnya air hujan yang menerpa tubuh kecilnya sore itu.
Sekolah
Gemuruh kendaraan di pagi hari yang melintasi
ruas jalan di depan rumah adalah pemandangan yang selalu rutin tak pernah luput
dari penglihatanya, duduk di teras depan rumah dengan mata yang terus tertuju
pada kendaraan yang lalu lalang adalah kegiatan yang selalu rutin kian lakukan, ketika melihat berbagai macam seragam
sekolah yang berbeda mulai dari SD,SMP,SMA, yang ada di dalam benaknya adalah
takjub dan penasaran , bagaimanakah rasanya sekolah , ada apa saja di dalamnya
, dan apakah dirinya juga akan sekolah.
TK &
SD
Hingga dirinya memasuki jenjang
perkuliahan kian dengan jelas masih mengingat wajah dan
identitas teman TK nya , setiap berpapasan dengan salah satu dari seorang yang
dulu pernah menjadi teman TK nya , di benaknya dia berkata “ ini dulu temanku
di tk” , meskipun tak satupun dari mereka yang pernah menyapanya, TK adalah
tingkatan pendidikan yang pertama sekali kian jalani
sehingga meninggalkan jejak ingatan yang kuat di dalam benaknya mulai dari guru
, materi , juga teman temanya pada masa itu ,
Orang tua kian adalah orang tua yang meliki ambisi dan
harapan agar anaknya mampu memahami ilmu agama dengan baik , maka ketika lulus
dari tk walaupun ada 3 sekolah dasar yang
lebih dekat dari rumah , orang tua kian justru menyekolahkan ke sekolah dasar yang jauhnya 5 KM dari rumah
mereka karena sekolah itu adalah sekolah dasar yang lebih intens mempelajari
ilmu agama yaitu MADRASAH IBTIDAIYAH .
Sepeda adalah alat transportasi yang
pada waktu itu di gunakan sebagai alat antar dan jemput kian tepatnya pada tahun 2000 . karena kian adalah anak pertama maka tak ayal ibunya pun
salah membelikanya sragam pada waktu itu disebabkan minimnya pengalaman ,kian adalah anak laki laki namun ibunya membelikan
saif dasi yang sepantasnya di pakai oleh siswa perempuan . dan pada hari kedua kian sudah harus jalan kaki sejauh 5 KM karena pada
waktu itu sepedah yang ada hanya satu dan di gunakan untuk bekerja ayahnya
sehingga ketika jam pulang tiba ayahnya belum datang menjemput. Karena semua
temanya sudah pulang dan lapar dirasa semakin menerpa perutnya maka dengan
segenap keberanian anak kelas 1 SD di beranikanya jalan kaki menyusuri jalanan
yang padahal dirinya pun belum hafal dengan baik.
2006
Setelah melalu ujian kelulusan pada
sekolah dasar kembali kian di
arahkan oleh orang tuanya kemana ia akan melanjutkan sekolahnya. Maka pada
bulan juni 2006 kian pun di daftarkan pada lembaga keagamaan yang
berada tak jauh dari rumahnya, setelah melalui serangkaiyan tes maka kian pun dinyatakan di trima ,
Asrama adalah tempat dimana kian akan tinggal selama menjalani pendidikan di
lembaga tersebut, di dalamnya berkumpul berbagai anak dengan berbagai watak
sifat dan latar belakang yang berbeda tinggal menjadi satu dalam sebuah ruangan
dalam jangka waktu yang lama maka tak jarang terjadi asimilasi budaya dan
kepribadian di dalamnya. Dengan latar belakang kehidupan desa dan dengan sikap
pendiamnya kian sukar menemukan teman. Dan tak jarang justru
olokan yang ia dapatkan , di dalam asrama tersebut ada sebuah istilah shohibul
to’am ( bahasa arab artinya : teman makanan ) di mana hanya yang memiliki
makanan banyaklah yang memiliki teman. Maka sudah bisa di pastikan saif sukar
mendapatkan teman sudah pendiam dan tak mempunyai makanan.
Pada tahun ke 2 sikap kian mulai berubah karena pada tahun awal sukar
mendapatkan teman maka pada tahun kedua di amatinya prilaku yang ada di
kelasnya maka dirinya menyimpulkan selain yang memiliki makanan maka anak yang
nakal dan suka melanggarlah yang memiliki teman. kian mulai
coba coba melanggar peraturan dari bahasa yang dilarang selain arab dan
inggris, terlambat ke masjid, maka benar saja saat hukuman di trima bertemulah kian dengan anak anak sesama pelanggar dari
kelasnya .. karena dirasa senasib maka ada yang mulai membuka percakapan dengan
kian dana
berlanjut pada hal hal berikutnya.
Seringnya kian bergaul dengan para anak yang gemar melanggar
maka pada tahun kedua dirinya termasuk anak yang mendapat predikat santri
pelanngar hanya agar dirinya bisa mendapatkan teman…
Dan dari
hal tersebut juga kian untuk
pertama kalinya mendengar kata pacar, cewe, filem jorok, komik , smsan , karena
seringnya bergaul dengan anak yang memiliki latar belakang lingkungan rumah di
perkotaan …
2009
Setelah lulus dari UNAS mts kian melanjutkan sekolahnya masih pada lembaga yang
sama. kian yang sudah setara dengan kelas X di sma sudah
tidak sama lagi prilakunya dengan waktu dirinya menginjak bangku mts,, hal ini
di sebabkan dirinya berada dalam sebuah naungan akademi exskul yang cukup di
gemari dan menjadi jargon di lembaga tersebut, yaitu sebuah organisasi pecinta
alam dimana mengharuskan bagi calon anggota yang ingin di trima menjadi
pengurus haruslah meminimalisir pelanggaran dalam segala hal . maka kian berprilaku disiplin dan taat.
namun dalam hatinya yang paling dalam tertanam
sebuah pertanyaan besar terkait pengalaman dari cerita temanya pada masa mts
yaitu bagaimanakah rasanya mengenal perempuan dan apa itu pacaran. Namun ia
mampu menyimpan perasaan itu dengan rapid an tak terlihat selama sisa dirinya
menjadi santri pada lembaga pendidikan tersebut hingga dirinya dinyatakan lulus
dan mengabdi..
Salah
Arah
Wisuda
adalah hal yang sangat berkesan bagi seorang santri, karena ketika wisuda
seorang santri berada di ambang kebebasan dari aturan aturan yang berlaku di
pesantren .
Namun
sebenarnya tanpa di sadari wisuda itu adalah awal dari pembuktian ilmu yang
sudah mereka dapat selama menjadi santri, tetapi karena sudah di terlalaikan
akibat ke inginan mencoba hal hal yang dulunya di larang selama dirinya menjadi
santri maka tidak jarang justru masa pengabdian setelah wisuda banyak dari
mereka yang justru terjrumus kedalam rasa penasaranya.
Pada
masa pengabdian wisudawati ( santri putri yang sudah lulus) adalah hal yang
sangat menggugah rasa penasaran mulai identitas sampai dengan rasanya
berkomunikasi dengan mereka.
Karena
lemahnya pengawasan komunikasi itu menjadi dalam dan jauh bahkan sampai saling
menyatakan ketertarikan satu sama lain. Yang berujung pada hubungan terlarang
atar sesama alumni.
Kian yang pada masa itu belum fasih dalam
mengunakan media sosial. Sering menghabiskan waktunya untuk membuka ,
berkomunikasi, melalui media sosial
Dan
melalui hal tersebut maka untuk pertama kalinya kian
mengenal, berkonikasi, menjalin hubungan dengan mahkluk yang bernama perempuan.
Di dukung
oleh fasilitas dan waktu luang maka kian pun
terjrumus kedalam perasaan yang baru pertama kalinya ia rasakan. Bahkan karena
hasrat ingin tahunya yang dalam pada akhirnya kian merasa
sulit untuk kembali ke jalan yang benar sebagai mana yang dulu di pelajarinya
di pesantren. kian sadar jika dirinya bersalah namun berat untuk
keluar dan kembali kejalan yang benar karena lingkunganya yang saat ini semakin
jauh dari lingkaran orang orang yang taat beragama.
No comments:
Post a Comment