A. Pengertian Strategi Pembelajaran yang Berorientasi pada Aktivitas Peserta
Didik
Strategi
pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk
metode strategi pembelajaran juga
disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan
penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Untuk dapat mengimplementasikan
yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan tercapai secara optimal,
ini yang dinamakan metode. Metode digunakan untuk merealisasikan rencana yang
telah ditetapkan. Dengan demikian, satu strategi pembelajaran dapat digunakan
beberapa metode. Istilah lain yang memiliki kemiripan dengan strategi adalah
pendekatan atau approch. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau
sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Pendekatan merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya strategi dan metode
pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan.
Strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas peserta didik
berarti suatu perencanaan yang
berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu dengan menggunakan pendekatan
pada kegiatan atau aktivitas siswa. Dalam standar proses pendidikan,
pembelajaran didesain untuk membelajarkan siswa. Artinya, sistem pembelajaran
menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dengan kata lain, pembelajaran
ditekankan atau berorientasi aktivitas siswa (PBAS). Ada beberapa asumsi perlunya pembelajaran berorientasi pada aktivitas
siswa.
1. Asumsi filosofis tentang pendidikan.
Pendidikan
merupakan usaha sadar untuk mengembangkann manusia menuju kedewasaan, baik
kedewasaan intelektual, sosial, maupun kedewasaan moral. Oleh karena itu,
hakikat pendidikan pada dasarnya adalah interaksi manusia, pembinaan dan
pengembangan potensi manusia, berlangsung sepanjang hayat, kesesuaian dengan
kemampuan dan tingkat perkembangan sisiwa, keseimbangan antara kebebasan subjek
didik dan kewibaan guru, serta peningkatan kualitas hidup.
2.
Asumsi
tentang siswa sebagai subjek pendidikan, yaitu
a.
siswa
bukanlah manusia ukuran mini, akan tetapi manusia yang sedang dalam tahap perkembangan.
b.
Setiap
manusia memiliki kemampuan yang berbeda.
c.
Anak didik
pada dasarnya adalah insan yang aktif, kreatif, dan dinamis dalam menghadapi
lingkungannya.
3.
Asumsi tentang guru bahwa guru bertanggung jawab atas tercapainya hasil
belajar peserta didik dan memiliki kemampuan profesional dalam pembelajaran.
4.
Asumsi yang
berkaitan dengan proses pembelajaran yaitu bahwa proses pembelajaran
direncanakan dan dilaksanakan sebagai suatu sistem dan peristiwa belajar akan
terjadi manakala sisiwa berinteraksi dengan lingkungan yang diatur oleh guru.
1. Konsep dan Tujuan Pembelajaran yang Berorientasi pada Aktivitas Siswa
(PBAS)
Pembelajaran berorientasi aktivitas
siswa dapat dipandang sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan
pada aktivitas siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa
perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang.
Pembelajaran yang berorientasi pada
aktivitas siswa ini menekankan kepada aktivitas sisiwa secara optimal, artinya
pembelajaran menghendaki keseimbangan antara aktivitas fisik, mental, termasuk
emosional dan aktivitas intelektual. Seorang siswa yang tampaknya hanya diam
saja, tidak berarti memiliki kadar pembelajaran berorientasi aktivitas siswa
yang rendah dibandingkan dengan seseorang yang sibuk mencatat. Sebab, mungkin
saja yang duduk itu secara mental ia aktif, misalnya menyimak, menganalisis
dalam pikirannya. Sebaliknya, siswa yang sibuk mencatat tidak bisa dikatakan
memiliki kadar pembelajaran atau aktivitas yang tinggi jika yang bersangkutan
hanya sekedar secara fisik aktif mencatat, tidak diikuti oleh aktivitas mental
dan emosional.
Pembelajaran yang berorientasi pada
aktivitas siswa juga menghendaki hasil
belajar yang seimbang dan terpadu antara kemampuan intelektual (kognitif),
sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik). Artinya, dalam pembelajaran
yang berorientasi pada aktivitas siswa pembentukan siswa secara keseluruhan
merupakan tujuan utama dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang
berorientasi pada aktivitas siswa ini
tidak menghendaki pembentukan siswa yang secara intelektual cerdas tanpa
diimbangi olah sikap dan keterampilan, dan sebagainya.
Pendekatan pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
agar lebih bermakna. Melalui pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas
siswa ini siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai sejumlah informasi, tetapi
juga bagaimana memanfaatkan informasi itu untuk kehidupannya. Dihubungkan
dengan tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai yang bukan hanya membentuk
manusia yang cerdas, akan tetapi juga yang lebih penting adalah membentuk
manusia yang bertakwa dan memiliki keterampilan disamping memiliki sikap budi
luhur, maka pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa ini merupakan
pendekatan yang sangat cocok dikembangkan.
2. Peran guru dalam implementasi Pembelajaran
yang Berorientasi pada Aktivitas Siswa (PBAS)
Kekeliruan
yang kerap muncul adalah adanya anggapan bahwa dengan pembelajaran yang
berorientasi pada aktivitas siswa peran guru semakin berkurang. Anggapan
semacam ini tentu saja tidak tepat, sebab walaupun pembelajaran ini didesain
untuk meningkatkan aktivitas siswa, tidak berarti mengakibatkan kurangnya peran
dan tanggung jawab guru. Baik guru maupun siswa sama-sama harus berperan penuh,
oleh karena peran mereka sama-sama sebagai subjek belajar. Adapun yang
membedakannya hanya terletak pada tugas yang harus dikerjakan. Dalam implementasi pembelajaran ini guru tidak
berperan sebagai satu-satunya sumber belajar yang bertugas menuangkan materi
pelajaran kepada siswa, akan tetapi yang lebih penting adalah bagaimana
memfasilitasi agar siswa belajar. Oleh karena itu, pembelajaran yang
berorientasi pada aktivitas siswa menuntut guru untuk kreatif dan inovatif sehingga
mampu menyesuaikan kegiatan mengajarnya dengan gaya dan karakteristik belajar
siswa. Dalam upaya itu ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan guru, antara
lain :
a. Mengemukakan berbagai alternatif tujuan pembelajaran
yang harus dicapai sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Artinya, tujuan
pembelajaran tidak semata-mata ditentukan oleh guru, akan tetapi diharapkan
siswa pun terlibat dalam menentukan dan merumuskannya.
b. Menyusun tugas-tugas belajar bersama-sama. Artinya,
tugas-tugas apa yang sebaiknya dikerjakan oleh siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran, tidak hanya ditentukan guru tetapi juga siswa. Hal ini dilakukan
untuk memupuk tanggung jawab siswa. Biasanya manakala siswa terlibat dalam
menentukan jenis tugas dan batas akhir
penyelesaiannya, siswa akan lebih bertangguung jawab untuk mengerjakannya.
c. Memberikan informasi tentang kegiatan yang harus
dilakukan. Dengan pemberitahuan rencana pembelajaran, maka siswa akan semakin
paham apa yang harus dilakukan.
d. Memberikan bantuan dan pelayanan kepada siswa yang
memerlukannya. Guru perlu menyadari bahwa siswa memiliki kemampuan yang
beragam. Karena itu guru harus memiliki kontrol apalagi terhadap siswa yang
dianggap lambat dalam belajar.
e. Memberi motivasi, mendorong siswa untuk belajar
melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan.
f. Membantu siswa
dalam menarik kesimpulan. Dalam implementasi pembelajaran yang berorientasi
pada aktivitas siswa, guru tidak menyimpulkan sendiri pokok bahasan yang telah
dipelajari.
Selain peran-peran diatas, masih banyak tugas yang
menjadi tanggung jawab guru. Guru tidak hanya menempatkan diri sebagai sumber
informasi, tetapi berperan sebagai penunjuk dan fasilitator dalam memanfaatkan
sumber belajar.
3. Penerapan
Pembelajaran yang Berorientasi pada Aktivitas Siswa dalam proses pembelajaran
Dalam
kegiatan belajar mengajar pada pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas
siswa diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan, seperti mendengarkan,
berdiskusi, memproduksi sesuatu, menyusun laporan, memecahkan masalah, dan
sebagainya. Keaktifan siswa ada yang dapat diamati secara langsung seperti mengerjakan tugas, berdiskusi,
megumpulkan data dan lainnya. Namun ada juga yang
tidak dapat diamati seperti kegiatan mendengarkan dan menyimak. Untuk dapat
mengetahui apakah proses pembelajaran memiliki kadar pembelajaran dengan
aktivitas siswa yang tinggi, sedang, rendah, dapat dilihat dari kriteria
penerapan pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran. Kriteria tersebut menggambarkan sejauh mana keterlibatan siswa
dalam pembelajaran baik dalam perencanaan pembelajarann, proses pembelajaran
maupun dalam mengevaluasi hasil
pembelajaran. Semakin siswa terlibat dalam ketiga aspek tersebut, maka kadar
pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa akan semakin tinggi.
a. Kadar
pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa dilihat dari proses perencanaan
1) Adanya keterlibatan siswa dalam merumuskan tujuan
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan serta pengalaman dan
motivasi yang dimiliki sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kegiatan
pembelajaran.
2) Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun rancangan
pembelajaran.
3) Adanya keterlibatan siswa dalam menentukan dan memilih
sumber belajar yang diperlukan.
4) Adanya keterlibatan siswa dalam menentukan dan mengadakan
media pembelajaran yang akan digunakan.
b.
Kadar
pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa dilihat dari proses
pembelajaran
1) Adanya keterlibatan siswa baik secara fisik, mental,
emosinal maupun intelektual dalam setiap proses pembelajaran. Hal ini dapat
dilihat dari tingginya perhatian dan motivasi siswa untuk menyelesaikan setiap
tugas yang diberikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
2) Siswa belajar secara langsung (experiential learning). Dalam proses pembelajaran secara langsung,
konsep dan prinsip diberikan melalui pengalaman nyata seperti mraba, merasakan,
mengoperasikan dan sebagainya.
3) Adanya keinginan siswa untuk menciptakan iklim belajar
yang kondusif.
4) Keterlibatan siswa dalam mencari dan memanfaatkan
sumber belajar yang tersedia yang dianggap relevan dengan tujuan pembelajaran.
5) Adanya keterlibatan siswa dalam melakukan prakarsa
seperti menjawab dan mengajukan pertanyaan,berusaha memecahkan masalah selama
pembelajaran berlangsung.
6) Terjadinya interaksi multi arah, baik antara siswa
dengan siswa, antara guru dan siswa.
c.
Kadar pembelajaran yang berorientasi pada
aktivitas siswa ditinjau dari kegiatan evaluasi pembelajaran
1) Adanya keteribatan siswa untuk menggevaluasi sendiri
hasil pembelajaran yang telah dilakukannya.
2) Keterlibatan siswa secara mandiri untuk melaksanakan
kegiatan semacam tes dan tugas-tugas tertentu.
3) Kemauan siswa untuk menyusun laporan baik tertulis
maupun secara lisan berkenaan hasil belajar yangg diperolehnya.
Dari ciri-ciri tersebut dapat
ditentukan apakah proses pembelajaran yang diciptakan tinggi, sedang, atau
rendah.
4. Faktor yang
Mempengaruhi Pembelajaran yang Berorientasi pada Siswa (PBAS)
Keberhasilan penerapan PBAS dalam
proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :
a.
Guru
Guru adalah
pelaku pembelajaran, sehingga dalam hal ini guru merupakan faktor yang
terpenting. Di tangan gurulah sebenarnya letak keberhasilan pembelajaran.
Komponen guru tidak dapat dimanipulasi atau direkayasa oleh komponen lain, dan
sebaliknya guru mampu memanipulasi atau merekayasa komponen lain menjadi
bervariasi. Sedangkan komponen lain tidak dapat mengubah guru menjadi
bervariasi. Tujuan rekayasa pembelajaran oleh guru adalah membentuk lingkungan
peserta didik supaya sesuai dengan lingkungan yang diharapkan dari proses
belajar peserta didik, yang pada akhirnya peserta didik memperoleh suatu hasil
belajar sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu, dalam merekayasa
pembelajaran, guru harus berdasarkan kurikulum yang berlaku.
b.
Peserta didik
Peserta
didik merupakan komponen yang melakukan kegiatan belajar untuk mengembangkan
potensi kemampuan menjadi nyata untuk mencapai tujuan belajar. Komponen peserta
ini dapat dimodifikasi oleh guru.
c.
Tujuan
Tujuan
merupakan dasar yang dijadikan landasan untuk menentukan strategi,
materi, media dan evaluasi pembelajaran. Untuk itu, dalam strategi
pembelajaran, penentuan tujuan merupakan komponen yang pertama kali harus
dipilih oleh seorang guru, karena tujuan pembelajran merupakan target yang
ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran
d.
Bahan Pelajaran
Bahan
pelajaran merupakan medium untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berupa
materi yang tersusun secara sistematis dan dinamis sesuai dengan arah tujuan
dan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan tuntutan masyarakat. Menurut
Suharsimi (1990) bahan ajar merupakan komponen inti yang terdapat dalam
kegiatan pembelajaran.
e.
Kegiatan pembelajaran
Agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara optimal, maka dalam menentukan strategi
pembelajaran perlu dirumuskan komponen kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan
standar proses pembelajaran.
f.
Metode
Metode
adalah satu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan. Penentuan metode yang akan digunakan oleh guru dalam proses
pembelajaran akan sangat menentukan berhasil atau tidaknya pembelajaran yang
berlangsung.
g. Sarana
belajar
Keberhasilan
implementasi pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa juga dapat
dipengaruhi oleh ketersediaan sarana belajar yang meliputi ruang kelas, setting
tempat duduk siswa, media, dan sumber belajar.
h.
Alat
Alat yang dipergunakan dalam pembelajran merupakan segala sesuatu yang
dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran alat memiliki fungsi sebagai pelengkap untuk mencapai tujuan. Alat
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu alat verbal dan alat bantu nonverbal. Alat
verbal dapat berupa suruhan, perintah, larangan dan lain-lain, sedangkan yang
nonverbal dapat berupa globe, peta, papan tulis slide dan lain-lain.
i.
Sumber Pembelajaran
Sumber pembelajaran adalah segala
sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat atau rujukan di mana bahan
pembelajaran bisa diperoleh. Sehingga sumber belajar dapat berasal dari
masyarakat, lingkungan, dan kebudayaannya, misalnya, manusia, buku, media masa,
lingkungan, museum, dan lain-lain.
j.
Evaluasi
Komponen evaluasi merupakan komponen yang berfungsi untuk mengetahui apakah
tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, juga bisa berfungsi
sebagai sebagai umpan balik untuk perbaikan strategi yang telah ditetapkan.
Kedua fungsi evaluasi tersebut merupakan evaluasi sebagai fungsi sumatif dan
formatif.
k.
Situasi atau Lingkungan
Lingkungan sangat mempengaruhi
guru dalam menentukan strategi pembelajaran. Lingkungan yang dimaksud adalah
situasi dan keadaan fisik (misalnya iklim, madrasah, letak madrasah, dan lain
sebagainya), dan hubungan antar insani, misalnya dengan teman, dan peserta
didik dengan orang lain. Contoh keadaan ini misalnya menurut isi materinya
seharusnya pembelajaran menggunakan media masyarakat untuk pembelajaran, karena
kondisi masyarakat sedang rawan, maka diubah dengan menggunakan metode lain,
misalnya membuat kliping.
B. Kelebihan dan Kekurangan Strategi Pembelajaran yang Berorientasi pada
Peserta Didik
Strategi
pembelajaran sebagai suatu metode untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam
penggunaannya tidak selalu cocok dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Oleh karenanya strategi tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut ini
kelebihan dan kekurangan strategi pembelajaran yang berorientasi pada peserta
didik yaitu sebagai berikut :
1.
Kelebihan Penggunaan Strategi Pembelajaran Yang
Berorientasi pada Peserta didik
a. Dalam strategi pembelajaran yang
berorientasi pada siswa ini menekankan kepada aktivitas siswa secara optimal,
yaitu bahwa ada keseimbangan antara aktivitas fisik, mental, emosional juga
aktivitas intelektual. Dengan tujuan untuk memperoleh hasil belajar berupa
perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang.
b. Siswa berperan sebagai subjek
pendidikan bukan objek pendidikan yang harus dijejali dengan berbagai
informasi, melainkan siswa tersebut mengolah informasi tersebut dan
mengaplikasikannya atau menghubungkannya dengan kehidupan. Sehingga melalui pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa ini siswa tidak
hanya dituntut untuk menguasai sejumlah informasi, tetapi juga bagaimana
memanfaatkan informasi itu untuk kehidupannya. Dan menjadikan siswa adalah subjek yang memiliki potensi untuk dapat
dikembangkan.
c. Dalam strategi pembelajaran yang
berorientasi pada aktivitas siswa guru tidak berperan sebagai satu-satunya
sumber belajar yang bertugas menuangkan materi pelajaran kepada siswa, akan
tetapi guru berperan sebagai penunjuk dan fasilitator dalam memanfaatkan sumber
belajar. Yang lebih penting lagi bahwa peran guru adalah memfasilitasi
agar siswa belajar.
d. Dalam strategi pembelajaran yang
berorientasi pada aktifitas siswa guru dan siswa sama-sama berperan sebagai
subjek belajar yang membedakan hanyalah tugasnya masing-masing.
e. Kegiatan pembelajaran lebih
bermakna dan efisien karena siswa berpartisipasi dalam kegiatan perumusan
tujuan pembelajaran dan pengambilan kesimpulan.
2.
Kekurangan Penggunaan Strategi Pembelajaran Yang
Berorientasi pada Peserta didik
a. Dalam kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktifitas siswa
aktif dan tidak aktifnya siswa berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran hanya
siswa yang mengetahuinya secara pasti. Karena keaktifan siswa ada yang dapat diamati secara
langsung seperti mengerjakan tugas,
berdiskusi, megumpulkan data dan lainnya. Namun ada hal yang tidak dapat diamati seperti kegiatan
mendengarkan dan menyimak.
b. Keberhasilan strategi
pembelajaran yang berorientasi pada aktifitas siswa sangat tergantung kepada
apa yang dimiliki oleh guru seperti kemampuan guru, sikap profesionalitas guru,
latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar guru. Karena hal-hal tersebut
yang sangat menentukan bagaimana guru bisa menjalankan perannya sebagai
penunjuk dan fasilitator sehingga guru dapat memfasilitasi siswanya untuk belajar.
Tanpa hal-hal yang harus dimiliki oleh guru tersebut dapat dipastikan proses
kegiatan pembelajaran tidak akan berhasil dengan baik.
c. Dalam kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktifitas siswa
penekanan hanya pada proses bukan pada hasil dan memerlukan waktu yang panjang.
C. Dasar Pertimbangan Pemilihan Strategi Pembelajaran Yang Berorientasi pada
Peserta Didik
Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan
baru. Ketika berfikir informasi dan kemampuan apa yang harus dimiliki oleh
siswa, maka pada saat itu juga semestinya berpikir strategi apa yang harus
dilakukan agar semua itu dapat terwujud secara efektif dan efisien. Hal lain
yang perlu diperhatikan adalah Prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran
adalah bahwa tidak semua strategi pembelajaran itu cocok digunakan untuk
mencapai semua tujuan dan semua keadaan. Oleh karenanya dalam pemilihan
strategi pembelajaran terdapat prinsip-prinsip penggunaan strategi pembelajaran
yang dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam pemilihan strategi
pembelajaran, adalah sebagai berikut :
1.
Berorientasi pada tujuan
Dalam sistem
pembelajaran tujuan merupakan komponen yang utama. Segala aktivitas guru dan
siswa, mestilah harus diupayakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Oleh karenanya keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan
pembelajaran dapat menentukan suatu strategi
yang harus digunakan guru. Hal ini sering dilupakan guru. Guru yang
senang berceramah, hampir setiap tujuan menggunakan strategi penyampaian,
seakan-akan dia berpikir bahwa segala jenis tujuan dapat dicapai dengan strategi yang demikian.
Strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas peserta didik sangat
cocok digunakan dalam pembelajaran dengan tujuan pemecahan masalah, contohnya
seperti kegiatan diskusi.
2.
Aktivitas
Strategi
pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas peserta didik ini baik untuk
digunakan karena dasar pertimbangan prinsip aktivitas karena kegiatan
pembelajaran itu bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar
adalah berbuat; memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas
siswa. Aktivitas tidak dimaksudkan
terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas yang
bersifat psikis seperti aktivitas
mental. Guru sering lupa dengan hal ini. Banyak guru yang terkecoh oleh sikap
siswa yang pura-pura aktif padahal tidak.
3. Individualitas
Dalam proses
pembelajaran adalah usaha mengembangkan setiap individu siswa. Walaupun dalam
proses pembelajaran tersebut pada sekelompok siswa, namun pada hakikatnya yang
ingin dicapai adalah perubahan perilaku setiap siswa. Oleh karena itu, dilihat
dari segi jumlah siswa sebaiknya standar keberhasilan guru ditentukan
setinggi-tingginya. Semakin tinggi standar keberhasilan ditentukan, maka
semakin berkualitas proses pembelajaran. Strategi pembelajaran yang
berorientasi pada aktivitas siswa baik digunakan untuk mengembangkan potensi
individualitas dengan menggunakan metode Time
Token Arends, karena metode tersebut menghindari siswa mendominasi
pembicaraan dalam kegiatan pembelajaran dan atau siswa yang diam sama sekali.
4.
Integritas
Dalam proses
pembelajaran harus dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh siswa. Proses
pembelajaran bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, akan juga
meliputi pengembangan aspek afektif dan aspek psikomotorik. Oleh karena itu,
strategi pembelajaran harus dapat mengembangkan seluruh aspek kepribadian siswa
secara terintegrasi. Penggunaan metode diskusi misalnya, guru harus dapat
merancang strategi pelaksanaan diskusi tak hanya terbatas pada pengembangan
aspek intelektual saja, tetapi harus mendorong siswa agar mereka bisa
berkembang secara keseluruhan, seperti mendorong agar siswa dapat menghargai
pendapat orang lain, berani mengeluarkan gagasan atau ide orisinil, bersikap
jujur, dan lain-lain. Disamping itu, bab IV pasal 19 peraturan pemerintah No.
19 tahun 2005 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Sesuai dengan isi
peraturan pemerintah diatas, maka ada sejumlah prinsip khusus dalam pengelolaan
pembelajaran, sebagai berikut :
a.
Interaktif, Prinsip interaktif mengandung makna bahwa mengajar
bukan hanya sekadar menyampaikan pengetahuan dari guru ke siswa akan tetapi
mengajar dianggap sebagai proses mengatur lingkungan yang dapat merangsang
siswa untuk belajar. Melalui proses interaksi, memunggkinkan kemampuan siswa
akan berkembang baik mental maupun intelektual.
b.
Inspiratif, Proses pembelajaran adalah proses inspiratif, yang
memungkinkan siswa untuk mencoba dan melakukan sesuatu.berbagai macam informasi
dan proses pemecahan masalah dalam pembelajaran bukan harga mati yang bersifat
mutlak, tetapi merupakan hipotesis yang merangsang siswa untuk mau dan
mencobanya.
c.
Menyenangkan, Proses pembelajaran adalah proses yang dapat
mengembangkan seluruh potensi siswa yang dapat terwujud jika siswa terbebas
dari rasa takut, dan menegangkan. Proses pembelajaran yang menyenangkan dapat
dilakukan dengan, pertama, dengan
menata ruangan yang apik dan menarik,yang memenuhi unsur kesehatan seperti
pengaturan cahaya, adanya ventilasi, serta memenuhi unsur keindahan misalnya
cat tembok yang bersih, bebas dari debu, dan sebagainya. Kedua, melalui pengelolaan pembelajaran yang hidup dan bervariasi,
yakni dengan menggunakan pola dan model pembelajaran, media, dan sumber belajar yang relevan serta
gerakan-gerakan guru yang mampu memberikan motivasi belajar siswa.
d.
Menantang, Proses pembelajaran merupakan proses yang menantang
bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan berfikir. Kemampuan tersebut dapat
dikembangkan melalui rasa ingin tahu siswa. Apapun yang dilakukan dan diberikan
guru harus dapat merangsang siswa untuk berfikir dan melakukan. Untuk itu dalam
hal-hal tertentu sebaiknya guru memberikann informasi yang “meragukan” sehingga
karena keraguan itulah siswa terangsang untuk membuktikannya.
e.
Motivasi, Motivasi adalah aspek yang sangat penting untuk
membelajarkan siswa. Tanpa adanya motivasi, tidak mungkin siswa memiliki
kemampuan untuk belajar. Oleh karena itu, membangkitkan motivasi merupakan
salah satu peran dan tugas guru dalam setiap proses pembelajaran.
Dari pemaparan prinsip-prinsip
penggunaan strategi pembelajaran dalam konteks standar proses pendidikan
tersebut diatas strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas peserta
didik dapat memenuhi prinsip-prinsip diatas sehingga strategi pembelajaran yang
berorientasi pada aktivitas peserta didik dapat digunakan untuk kegiatan
pembelajaran yang sifatnya banyak membutuhkan peran serta siswa atau aktivitas
siswa seperti pembelajaran berdasarkan pemecahan masalah, contohnya diskusi dan
lainnya.
D. Langkah-langkah
Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Yang Berorientasi pada Peserta Didik
Strategi
pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik sebagai sebuah strategi
pembelajaran yang merupakan suatu perencanaan memiliki langkah-langkah
pelaksanaannya. Berikut ini langkah-langkah pelaksanaan strategi pembelajaran :
1. Guru membuka kegiatan pembelajaran sebagai langkah
awal prapembelajaran, dengan memberikan motivasi kepada siswa.
2. Guru sedikit menjelaskan kompetensi yang akan dicapai
dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Kemudian siswa
berdiskusi dan mencari sumber belajar dan alat pendukung yang berkaitan dengan
kompetensi yang akan dicapai tersebut. Guru juga selalu memotivasi siswa untuk
terus terlibat dan berpartisipasi dalam aktivitas pemecahan masalah yang
dipilih. Sehingga tidak hanya guru yang merumuskan tujuan pembelajaran, tetapi
siswa juga ikut menentukan dan merumuskan tujuan pembelajaran.
3. Guru membantu siswa mendefinisikan mengorganisasikan
tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topic,
tugas, jadwal dll).
4. Guru dan siswa menyusun
tugas-tugas belajar bersama-sama. Artinya, tugas-tugas apa yang sebaiknya
dikerjakan oleh siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, tidak hanya
ditentukan guru tetapi juga siswa. Hal ini dilakukan untuk memupuk tanggung
jawab siswa. Biasanya manakala siswa terlibat dalam menentukan jenis tugas dan batas akhir penyelesaiannya, siswa
akan lebih bertangguung jawab untuk mengerjakannya
5. Siswa mengumpulkan informasi yang sesuai masalah yang
sedang didiskusikan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
6. Guru mengawasi jalannya kegiatan pembelajaran dan
membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan penyelesaian tugas dan membantu
siswa berbagi tugas dengan temannya.
7. Guru memberikan penjelasan terhadap materi yang sedang
dipelajari dan memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan sebagai partisipasi
aktif siswa. Kemudian siswa bersama-sama
dengan guru menarik kesimpulan dari kegiatan pembelajaran tersebut.
E. Upaya
Pemecahan Kasus Pembelajaran Dalam Strategi Pembelajaran Yang Berorientasi pada
Peserta Didik
Upaya
pemecahan kasus pembelajaran dalam strategi pembelajaran yang berorientasi pada
peserta didik dapat pula disebut sebagai kegiatan yang dapat diterapkan dalam
kegiatan pembelajaran atau aplikasi strategi pembelajaran yang berorientasi
pada aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan-kegiatan tersebut
diantaranya yaitu :
1. Mendengarkan
dan diskusi
Diskusi
berarti kegiatan pemecahan masalah dengan bertukar pikiran melalui pendapat-pendapat
dari setiap anggota kelompok. Dalam kegiatan diskusi sangat ditentukan oleh
keterampilan mendengarkan.
Contohnya
dalam pembelajaran pelajaran ekonomi, setelah dalam pertemuan sebelumnya telah
disepakati oleh siswa sekelas yang sudah dibagi menjadi bebarapa kelompok akan
melakukan presentasi dan yang kemudian dilanjutkan diskusikan secara kelompok.
Seumpama, kelompok 1 mendapatkan materi tentang inflasi, setalah kelompok 1
melakukan presentasi menjelaskan materi tentang inflasi dan kelompok lainnya
mendengarkan serta memperhatikan meteri yang dijelaskan, kemudian melakukan
sesi tanya jawab. Pada sesi tanya jawab inilah terjadi diskusi dan saling
bertukar pikiran melaui pendapat-pendapat setiap anggota kelompok antara
kelompok satu dengan lainnya. Sebagai contoh ada pertanyaan dari anggota kelompok 3, yang menanyakan “apakah di
Indonesia ini sudah efektif mengatasi inflasi dengan kebijakan moneter dan
fiskal saja??” kemudian dari kelompok 1 memberikan pendapatnya tentang hal
tersebut dan selanjutnya moderator tiap kelompok mewakilkan 1 anggotanya untuk
berpendapat. Berikut ilustrasi pendapat tentang pertanyaan kelompok 3 :
Ø Kelompok 1,
Jawaban dari kelompok 1 yaitu menurut kami sudah cukup efektif walaupun nilai
mata uang rupiah masih jatuh jika ditukarkan dengan mata uang negara maju
seperti dolar.
Ø Kelompok 4,
menyetujui pendapat dari kelompok 1.
Ø Kelompok 5,
kurang setuju dengan kelompok 1 dan menyanggah. Menurut kami kurang efektif,
seharusnya nilai mata uang rupiah tidak jatuh terlalu besar seperti sekarang
sudah hampir Rp. 10.000.
Sehingga demikianlah, upaya pemecahan masalah dalam
strategi pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik.
2. Pembelajaran
dengan metode Think Pair and Share (saling memberi dan menerima
pemikiran-pemikiran melalui saran dan pendapat)
Dalam
pembelajaran ini siswa dan guru saling memberi dan menerima pemikiran-pemikiran
melalui saran dan pendapat. Dalam pembelajaran ini juga menggunakan metode
diskusi.
Contohnya
dalam pembelajaran pelajaran ekonomi, setelah guru menjelaskan tentang materi
kebutuhan manusia, guru memberikan pertanyaan kepada siswa “kebutuhan menusia
itu terbatas atau tidak terbatas, berikan alasannya?”. Kemudian para siswa
memberikan pendapat-pendapatnya, dari pendapat-pendapat siswa tersebut guru
menerima dan menghargai pendapat dari para siswa, lalu kemudian guru
menjelaskan tentang pertanyaan tersebut.
Sehingga
demikianlah, Pembelajaran dengan metode Think
Pair and Share (saling memberi dan menerima pemikiran-pemikiran melalui
saran dan pendapat) dalam strategi pembelajaran yang berorientasi pada peserta
didik.
3. Pembelajaran
berdasarkan masalah
Dalam
kegiatan pembelajaran ini guru dan siswa memiliki peran yang sama hanya
tugasnya yang berbeda. Guru dan siswa bersama-sama
menentukan tujuan pembelajaran sampai dengan merumuskan kesimpulan.
Contohnya
dalam pembelajaran pelajaran ekonomi, pada awal pembelajaran guru memberikan
sebuah masalah kepada siswa yaitu tentang materi kelangkaan. Guru memberikan
pertanyaan “indonesia adalah negara yang subur dan kaya SDA, akan tetapi
mengapa masih sering terjadi berbagai kelangkaan?” setelah siswa yang dibimbing
guru melakukan diskusi tentang pertanyaan tersebut dan para siswa mengemukakan
pendapatnya. Setelah itu guru memberikan kesimpulan dari diskusi tersebut. Sehingga
demikianlah, Pembelajaran berdasarkan masalah dalam strategi pembelajaran yang
berorientasi pada peserta didik.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan
kajian yang membahas tentang Strategi Pembelajaran yang berorientasi pada peserta
didik, maka kami dapat menyimpulkan sebagai berikut :
Dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa
tersebut, peserta didik menjadi subjek pembelajaran karena yang menjadi sasaran
pembelajaran adalah aktivitas siswa dalam pembelajaran. Partisipasi atau
aktivitas siswa tersebutlah yang menjadi tolak ukur keberhasilan pembelajaran.
Aktivitas siswa yang dimaksud bukan hanya aktivitas fisik, mental, namun juga
termasuk aktivitas emosional dan intelektual sehingga aktivitas siswa tersebut
adalah secara optimal. Hal tersebut juga dikarenakan untuk mendapatkan hasil
yang seimbang dan terpadu antara kemampuan intelektual (kognitif), sikap
(afektif), dan keterampilan (psikomotor).