1. KONSEP DAKWAH DALAM AL-QUR’AN
Dalam perspektif dakwah, Al-qur’an dipandang sebagai kitab dakwah yang
merupakan rujukan pertama dan utama. Al-qur’an memperkenalkan sejumlah istilah
kunci yang melahirkan konsep dasar dakwah.
Istilah-istlah dakwah dalam al-Qur’an yang dipandang
paling populer adalah:
1.yad’una ila
al-khoir.
2.ya’muruna bil-ma’ruf.
3.yanhauna ‘anil-munkar.
Ketika berbicara
tentang aksiologi dakwah,al-qur’an menegaskan suatu misi dan tujuan sebagai
pesan moral utamanya.adalah khalifah dan
risalah hal itu diwujudkan dalam wujud penghayatan (internalisasi),penyebaran(tyransmisi)
dan perubahan atau pembangunan (transpormasi) nilai-nilai kebaikan (al-birr)
dan kebenaran serta kesucian sebagai hidayah illahi yang perlu ditegakkan dalam
kehidupan sosial budaya dari masa kemasa ,sesuai dengan makna serta tugas Nabi
dan Rasul sebagai pembawa kabar gembira dan penyampai risalah illahi.
berbicara tentang
ontology dakwah, al-Qura’n memperkenalkan sejumlah istilah atau konsep dasar
dakwah yang lebih banyak di ekspresikan dalam bentuk kata kerja transitif
(fi’il muta’adi).
Ketika berbicara
secara epistimology dakwah,al-Qur’an mengenalkan gagasan dan visi dakwah yang
akan melahirkan prinsip dakwah Al-Qur’an.
Tegasnya ,tujuan dakwah qur’ani dapat
di kategorikan ke dalam 3 bentuk:
1. Tujuan ideal yaitu terciptanya situasi
dan kondisi dar al-salam atau al-nur.
2. Tujuan institusional yaitu tegaknya
tata aturan ibadah dan muamalah sesuai dengan ajaran islam.
3. Tujuan operasional yaitu tegaknya
al-birr dan al-haqq yang dorefleksikan dalam wujud akhlak mulia.
II.2.KONSTRUSI
KEILMUAN FILSAFAT DAKWAH DALAM AL-QUR’AN .
Dengan bahasa singkat
mengenai pandangan Al-Qur’an sebagai mana diuraikan diatas,yang dijadikan dalam
membangun epystimologi dakwah islam dapat diketahui bahwa dalam epystemologi
dakwah dalam visi Al-Qur’an harus didasarkan pada sumber pengetahuan,yakni
Allah SWT melalui kitab yang mengandung segala hikmah (Al-Qur’an) dengan
menggunakan segenap potensi manusia (QS.16:78).
Nursamad mengatakan bahwa .prinsip-prinsip epistimologi dalam
al-hikmah (filsafat),didasarkan kepada wahyu dan keimanan.Dengan alasan :
1. Karena tanpa wahyu niscaya manusia
mengalami keputusan untuk mencapai kebenaran yang pasti.
2. Wahyu di anggap sebagai stimulant bagi
potensi-potensi intelektual ibarat air hujan menyuburkan tanah kering.
3. Berdasarkan hubungan dan keterikatan
interaksi antar wahyu dengan potensi pengetahuan ,integritas dan harmonisasi
pengetahuan-pengetahuan empiric,rasional,dan intuitif dapat terjalin dengan
baik.
4. Pengetahuan yang diperkenalkan melalui
al-hikmah adalah pengetahuan berdimensi intelektual dan moral.
5. Seluruh proses pengetahuan dan
al-hikmah ditentukan oleh kegiatan pembersihan diri karena bentuk dan jenis pengetahuan
apapun yang tercapai ,kiranya merupakan gejala jiwa yang pada dasarnya tidak
terlepas dari 3 macam kecendrungan yaitu;ego,hawa,nafsu(termasuk godaan syetan)
,dan bisikan illahi.
II.3.HIKMAH
DALAM AL-QUR’AN DAN KEGIATAN DAKWAH
Dalam Surat Al-Baqoroh
Ayat 269 Allah Swt Berfirman:
“Allah Menganugerahkan Al-Hikmah (Kepahaman Yang Dalam
Tentang Al-Qur’an Dan As-Sunah)Kepada Siapa Yang Dikehendaki-Nya.Dan Barang
Siapa Yang Dianugerahi Hikmah,Ia Benar-Benar Telah Dianugerahi Karunia Yang
Banyak.Dan Hanya Orang-Orang Yang Berakallah Yang Dapat Mengambil Pelajaran
(Dari Firman Allah).”(Qs.Al-Baqoroh Ayat 269).
Dapat disimpulkan bahwa hikmah adalah
kemampuan rohani yang diberikan allah kepada manusia yang dikehendakinya.
Dalam kaitannya
dengan dakwah da’I yang mempunyai hikmah seharusnya adil dan perbuatannya baik
untuk dirinya dan untuk orang lain ,ia juga harus adil ketika berdakwah maupun
dalam kehidupan di luar dakwah.
Berdasarkan uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa hikmah itu :
·
Hikmah menjadi
hakikat atau prinsip dasar dari metode dan semua perangkat dakwah.
·
Semua perangkat
dakwah harus dijiwai dan diacukan kepada prinsip-prinsip dasar atau
hakikat(hikmah)tersebut agar dakwah sukses,hkmah harus menjadi dasar dalam
pemilihan metode ,teknik dan model dakwah,begitu juga dengan hikmah dalam
pengenalan kondisi dan profil objek ,pemilihan materi,waktu,media dan sarana
serta tutur kata.
·
Dengan demikian
hikmah dalam dakwah dapat diartikan sebagai “seperangkat kemampuan yang dimiliki da’I yang diperoleh dari pemahaman
terhadap al-qur’an ,al-hadist,dan sejarah dakwah,guna memahami ,memilih dan
menerapkan perangkat dakwah secara tepat dan benar”.
BAB III
PENUTUP
III.1. KESIMPULAN
Pada dasarnya
Al-Qur’an itu sendiri merupakan dakwah bagi pengembangan islam karna
Al-Qur’an mencakup cerita orang-orang
yang terdahulu dan sayariat-syariantnya serta
hukum-hukumnya.Al-Qur’an juga mencakup
antropologi dan membicarakan tentang seruan untuk mengkaji alam
semesta.sebagian lagi, Al-Qur’an membicarakan keimanan. Oleh karna itu,
Al-Qur’an telah cukup untuk dakwah asalkan pandai menjelaskannya.
Al-Qur’an sebagai inspirasi pilsapat dakwah karna al-qur’an sendiri
mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Untuk membersihkan akal dan menyucikan
jiwa dari segala bentuk sirik serta memantapkan keyakinan tentang keesaan yang
sempurna bagi tuhan seru sekalian alam, keyakinan yang tidak semata-mata
sebagai suatu konsep teologi,tetapi falsafah hidup.
2. Utuk mengajarkan kemanusiaan yang adil
dan beradap, yakni bahwa umat manusia merupakan suatu uman yang seharusnya
dapat berkerja sama dalam pengabdian kepada allah dan pelaksanaan tugas
kekhalifahan.